Minggu, 09 Desember 2012

Kembali ke Rumah


Setelah beberapa waktu disibukkan dengan beberapa hal yang mengharuskan saya acap meninggalkan rumah, sekarang sudah beberapa hari ini saya akhirnya bisa kembali ke rumah dan senang sekali rasanya. 

Sepertinya akan beristirahat sebentar untuk me-refresh pikiran dan kembali pada kegiatan-kegiatan tidak jelas yang memang sudah jadi rutinitas saya jika berada di rumah.

Semoga bisa menyegar lagi dan menyusun apa saja yang akan dilakukan di hari-hari ke depan.

Oh ya.. bahkan saya lupa... sekarang Desember!

Senin, 16 Juli 2012

3Point Award 2012


Hola kawan-kawan, 

Ada berita baik yang datang bertubi-tubi pada saya seminggu kemarin, salah satunya adalah ini, saya terpilih sebagai salah satu 3Point Artist, dalam 3Point Award 2012 yang diselenggarakan oleh Ruang MES 56.

3Point Award adalah  penghargaan yang diberikan oleh Ruang MES 56, kepada 3 orang muda, yang konsisten dalam aktifitas fotografi kontemporer. Para 3Point Artist ini pada akhirnya akan diberi ruang untuk memamerkan karya-karya mereka di ruang-ruang yang disepakati nantinya.

Dan jika semua sesuai dengan yang direncanakan, saya akan mengadakan pameran bersama 2 fotografer lainnya di Jogjakarta, kira-kira akhir tahun ini, namun, saya sendiri mungkin akan banyak beredar di Jogjakarta mulai dari minggu-minggu ini, untuk segala persiapan pendukung pameran, seperti kuratorial dan lain sebagainya. Jika kalian ingin bertemu, bisa kabar-kabaran saja ya, via twitter, e-mail, atau sms bagi yang punya nomor saya hhe.

Perasaan senang ini tak bisa terlalu berlebih-lebihan, karena masih banyak yang harus dilalui dan dipersiapkan untuk sebuah pameran yang tak sekedar ajang pamer-pamer karya.

Tak sabar untuk segera memulai pengalaman ini, dan sampai jumpa di Jogja! :D



*bagi kalian yang ingin tahu lebih dalam tentang ini semua, bisa mampir ke link di bawah

Minggu, 13 Mei 2012

#ProyekVideo

Sepertinya tidak bisa menepati janji untuk meng-upload video gw dalam waktu dekat, maaf yaa hhe. Semoga bisa di-upload di blog ini dalam jangka waktu yang ga lama-lama banget. Sekali lagi mohon maaf..

Berikut saya upload sedikit foto dari proses pembuatan video tersebut termasuk visual yang jadi bagian dari video-nya. Foto yang paling atas di-capture kawan saya Albertus Krisna, dan sisanya saya. Dalam pembuatan video ini saya juga dibantu oleh seorang kawan lagi, Anandiya Army Kasheggy dan tentu saja si cantik Widi Dwinanda sebagai talent dan musik dikerjain sama musisi berbakat bernama Adrian Muhammad. hhe

Salam  :)



Sabtu, 28 April 2012

Papan Tulis


Seperti papan tulis, kita bisa menggoreskan apa saja di atasnya, tanda, kata, angka, gambar atau kosong sekalipun. Sama halnya dengan hidup, kau bisa pilih untuk berjalan, berbelok, bernyanyi, menari, duduk-duduk di taman, mendengarkan cerita, bercerita, melompat-lompat atau sekedar diam saja tanpa kata.


Apa yang akan kau goreskan dalam papan tulismu? hidupmu?




*foto diatas adalah foto yang saya ambil dalam sebuah pameran (Re.Claim) di Galeri Nasional, Jakarta, dan karya dalam foto tersebut bukan milik saya, karya tersebut adalah salah satu karya yang di pamerkan dalam pameran tersebut*

Rabu, 18 April 2012

Sebuah Cara Berpisah

Sejak pertemuan hari itu, pertemuan pertama kami, kami jadi berteman cukup baik, tidak seperti sahabat memang, dan ketidakpastian-status-pertemanan itu bukan hanya karena bahasa kita saja yang tidak sama, namun kupikir, juga karena sikap acuh tak acuh kita yang sepertinya memang mengakar dalam diri masing-masing.

Aku tak menampik kita saling menyayangi satu sama lain, kita cukup dekat, setidaknya bagiku, aku mungkin bukan pembaca hati yang baik, namun gelagatnya-yang terkadang manja, membuatku sedikit yakin Ia juga menyimpan rasa yang sama.

Atas dasar rasa itu aku mencemaskannya akhir-akhir ini, sejak Ia tiba-tiba saja menghilang dari pandangan mataku. Hari-hariku.

Sebelum Ia benar-benar tak bisa kutemui, kira-kira beberapa hari sebelum Ia menghilang, aku memang tak cukup sering melihatnya, Ia jarang pula berkunjung ke rumah kecilku-tempat dimana kita acap bertemu dan menghabiskan waktu bersama, hanya satu-dua kali saja seingatku aku melihatnya, itu pun Ia tidak menyapa, Ia hanya datang untuk sedikit minum, lalu kemudian beranjak pergi lagi dan yang kuingat pula, Ia tampak tak sehat dengan langkahnya yang seperti orang mabuk itu. Ya, dia tampak tak baik. Tak seperti biasanya.

Hampir setahun berteman dengannya aku kira aku paham tentang kebiasaannya, baik-buruknya, tentang Ia yang malas mandi, tentang Ia yang suka seenaknya saja tidur di kasurku, sampai pada yang satu ini, tentang kebiasaannya yang lebih memilih menjauh di saat Ia sedang tampak tak sehat. Mungkin menjauh bukan kata yang tepat, Ia mendadak sulit ditemui, Ia menghilang-seperti saat ini. Sampai tahu-tahu beberapa hari kemudian Ia kembali lagi sudah dalam kesehatan yang lebih baik.

Kebiasaanya yang terakhir ini yang cukup mengganggu dan mengherankanku, kami memang tak berbicara pada bahasa yang sama, namun untuk urusan ini, aku sudah mencoba berulang-ulang berbicara dengannya dalam bahasa yang kupikir Ia bisa pahami, segala cara kucoba, semua kemungkinan-kemungkinan yang lain kucoba, namun entah, sepertinya Ia tak mengerti, Ia semakin acuh saja, bahkan tak jarang meninggalkanku dalam keadaanku yang sedang menceramahinya.

Seperti yang kubilang sebelumnya, badannya memang sudah tampak layu saat terkahir aku melihatnya, aku menduga sepertinya kali ini kondisinya mungkin tidak lebih baik dari saat Ia menghilang dahulu dan penyakit ini sepertinya bukan penyakit yang biasa saja pula, karena sampai detik ini Ia tak juga kembali, Ia tak kunjung menjumpaiku..

Seminggu sudah, waktu terlama kita tak menghabiskan waktu bersama, waktu terlama Ia menghilang, pergi..

Aku pernah dengar tentang pedihnya perpisahan dan sebagian orang yang lebih memilih menghindarinya, menghindari perpisahan, menghindari menelanjangi kelemahan diri di depan sesamanya.

Dan jika itu adalah alasannya...sebuah perpisahan yang bijak dari seorang teman spesial yang pernah ku kenal.



*cerita ini terinspirasi dari kucing-kucingku yang mati dalam kesendiriannya*

Selasa, 13 Maret 2012

Proyekan Video

Video. Sebulan kemarin saya disibukkan dengan proyek membuat video, satu proyek yang sebenarnya sudah lama ingin digarap, sekitar setahun yang lalu, namun karena beberapa sebab, tidak kunjung terlaksana.

Dan entah kenapa rasa untuk mewujudkan proyek tersebut tiba-tiba saja hadir kembali akhir bulan januari lalu, mungkin karena resolusi saya di tahun 2012 ini yang memang ingin lebih giat lagi berkarya. Dan kalian tentu pernah mendengar soal, niat baik dan kesungguhan yang tulus akan diijabah oleh yang maha kuasa, saya rasa dalam kasus ini pun begitu.

kenapa saya bilang demikian, banyak yang bisa dijadikan alasan kuat, mulai dari dipertemukan dengan talent yang benar-benar berbakat dan professional bernama, Widi Dwinanda, lalu dibantu dengan banyak kawan yang dengan baik hatinya membantu kerja di lapangan dan menjawab segala pertanyaan saya soal video dan tetek bengeknya, yang memang tidak terlalu saya kuasai (banyak orang yang secara langsung-tidak langsung membantu projek ini), sampai dengan di satu siang bolong tiba-tiba saja mendapat informasi soal festival video, yang pada akhirnya membuat saya semakin bertekad kuat untuk mewujudkan proyek video ini.

Senang sekali akhirnya bisa mengeksekusi ide yang sudah cukup lama terkubur di kepala ke dalam sebuah karya nyata yang berwujud, yang nantinya bisa dinikmati oleh saya dalam kesendirian saya sendiri dan mungkin orang banyak dalam kesendirian mereka masing-masing. yaa..dalam kesendirian, saya menyarankannya untuk dinikmati hanya dalam kesendirian.

Video akan saya upload di blog ini mungkin di akhir bulan maret. semoga suka, dan mari terus berkarya.

Salam :)



Minggu, 08 Januari 2012

Rebmesed


Sebaris kalimat puitis tiba-tiba saja hadir dalam pandangan mata Hena, yang kemudian ia baca dengan pelan-tak terdengar. Dalam pandangan itu, pikirannya mencoba menjelajah ke suatu masa yang telah lalu, recall memory, kapan tepatnya ia menulisnya pada secarik kertas itu.

Tulisan itu memang tulisannya, tulisan yang hanya sebaris itu. tulisan yang sekarang sudah ia ingat betul kapan ia tuliskan, berikut alasan kenapa ia menuliskannya. Kalimat puitis yang tak selesai itu ia tulis di satu sudut kamar, di sebuah rumah kayu bertingkat dua, yang terletak di pojokan jalan di salah satu sudut sebuah desa bernama rebmesed.

Semuanya memang bermuara pada rebmesed, satu desa di negerinya yang begitu tertanam di hatinya. Satu desa yang sebenarnya baru saja ia tinggalkan (lagi) 7 hari yang lalu.

Sebuah desa yang sebenarnya, secara kasat mata tak memiliki perbedaan yang mencolok dengan desa-desa lain di negerinya, namun di rebmesed-lah, sekitar 25 tahun yang lalu, di jumat pagi yang dini, Hena untuk pertama kalinya menyuarakan tangisnya, memperlihatkan senyum kecilnya, menyapa dunia, Ia terlahir di desa itu, di rebmesed.

Mungkin itu pula yang mendasari kenapa rebmesed begitu dalam tertanam di hatinya. Desa yang acap ia sebut sebagai "tempat spiritual". Tapi pikirannya kini, hanya tertuju pada kejadian di desa itu, dua tahun yang lalu.

Di malam itu, ia masih ingat bagaimana seluruh manusia bergegas keluar rumah dan gedung-gedung, berhamburan, berlarian, penuh keceriaan, bersukaria, bersorak-gembira, saling berpelukan, tertawa riang, hingga jala-jalan di rebmesed tertutupi oleh tumpukan manusia yang bersiap merayakan pesta. Pesta yang memang acap diselenggarakan di tanah rebmesed, pesta menyambut sebuah hari baru yang diharapkan membawa keberuntungan, membuka lembaran baru, yang putih-suci, satu hari yang membawa harapan segar, bagi kehidupan milyaran anak manusia kedepannya.

Ia masih ingat pula bagaimana manusia-manusia itu berhitung mundur menyambut pesta yang sudah diambang, "tigaaaa...duaaaaa...saatuuuuuuu!!!", merekapun larut, bunyi riuh terompet melayang bersama angin dan membahana ke seluruh penjuru desa, semua bercampur, melebur menjadi satu, mereka mendadak melupakan segala hal yang menggangu pikiran, untuk sementara melepas segala keputus-asaannya masing-masing, pesta!.

Tapi Hena juga masih ingat betul dimana ia saat itu, saat manusia-manusia itu tumpah ruah di jalanan dalam pesta, dimana ia ternyata tetap tak beranjak dari kasurnya, ia pun masih mengingat benar tentang apa yang ia pikirkan di malam itu, seraya menatap kehidupan yang terjadi di luar jendela kamarnya, soal apakah hanya dirinya sendiri yang tak menyatukan diri dengan lautan manusia itu, soal pertanyaannya tentang orang-orang yang berpesta itu, soal hari yang dipestakan, soal apapun, termasuk soal ratapannya pada hari esok dimana ia harus angkat kaki dari rebmesed.

Dan ia juga mengingat benar bagaimana ia mengambil secarik kertas yang tergeletak di lantai kamarnya..dan menuliskan tulisan yang kini sedang ada dalam pandangan matanya. "untuk rebmesed, terima kasih, yang keseribu kalinya".

Hena pun tertidur, dalam keheningan kamar sehabis hujan..

Dan esoknya ia kembali menyusuri perjalanan hidupnya, pekerjaan, kemacetan, pergaulan...kesehariannya..Ia harus kembali bertemu dengan kesehariannya, untuk kemudian dalam kesendirian yang akan datang lagi dengan tiba-tiba, ia kembali merindui sebuah desa bernama rebmesed. Selalu.